Rabu, 08 Januari 2014

tulisan softskill ke 15


Potret Pendidikan di Daerah Perbatasan


Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu sepertinya telah lama kita  kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini membiarkan rakyatnya berpesta pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga negara di negeri ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi? Jawabannya; belum.
Pemerataan pendidikan di Kalimantan timur yang diwacanakan oleh pemerintah pun ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Kalimantan timur kususnya daerah perbatasan dan pedalaman belum menikmati pendidikan dengan selayaknya. Program pendidikan sekolah gratis di Kalimantan timur yang diumbar para wakil rakyat ketika akan dipilih hanya omong kosong belaka. Sekolah negeri yang oleh pemerintah ditujukan untuk menampuang masyarakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat kelas menegah atas. Masyarakat miskin terpaksa menyekolahkan anaknya ke Sekolah swasta yang tentu saja memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit dan berkualitas rendah.
Kondisi ini membuat masyarakat di daerah perbatasan dan pedalaman Kaltim tidak dapat menigkatkan kompetensi pendidikan nya karena tidak adanya pemeratan pendidikan yang seimbang.Wal hasil perekonomian masyarkat pedalaman pun tidak t menigkat dan untuk memperoleh kehidupan yang layak. Harus ada langkah proakitif pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun pendidikan yang merata ke semua daerah sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu di segala lini daerah Kaltim.
Sumber Daya Alam yang sangat besar di Kaltim ternyata tidak ada korelasinya terhadap pendidikan di Kaltim sehingga membuat masyarakat kita hanya sebagai penonton di negri sendiri melihat semua unsure birokrasi pemerintah hinga pengelolaan Sumber daya alam dikuasai oleh para pendatang dari negri lain.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa orang-orang dari kelompok ekonomi rendah atau orang-orang di perbatasan dan pedalaman tidak diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan disekolah yang layak mereka tidak berdaya untuk mengikuti perkembangan pendidikan dan teknologi yang dinamis karena tereleminasi oleh tidak adanya pemeratan pendidikan di Kaltim.
Ada cukup banyak masyarakat di perbatasan dan pedalaman yang terpaksa harus tidak bersekolah karena kekurangan biaya dan termarginal nya mereka dari program-program pendidikan pemerintah Kaltim  maupun Pusat. Oleh karena itulah, mereka sanggat berharap pemerintah benar-benar mewujudkan amanat yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945.
Mereka mempunyai keyakinan bahwa pemerintah seharusnya memberikan pembiyayan bagi proses pendidkan yang ditempuh oleh masyarakat di pedalaman dan perbatasan.bagaimana pun pemerintah harus dapat merealisasikan amanat rakyat yang tertuang dalam UUD 1945 tersebut sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap warga negaranya. Inilah kosekuensi pemerintah Kaltim terhadap kemajuan pendidikan di daerah yang kita banggakan ini.

Ketika negara kita kedaulatan nya dipertaruhkan di ujung negri borneo merasa kalau harga diri bangsa kita di lecehkan dengan tindakan tentanga sebelah yang selalu bikin ulah. Entah dengan tindakan reprensif mereka kepada TKI kita maupun tindakan angkatan laut mereka yang semena-mena masuk dalam wilayah kita tanpa aturan. Dan para elit pemerintah kita seolah-olah kebakaran jenggot dengan adanya hal-hal tadi tapi apakah pemerintah kita kebakaran jenggot ketika pendidikan di perbatasan Kaltim sangat mengenaskan?
Padahal pendidikan yang layak di perbatasan sangat berpengaruh terhadap membangun kesejahteraan dan membangun jiwa nasionalisme terhadap bangsa kita sehinga doktrin-doktrin tetangga sebelah tidak lagi mengusik jiwa nasionalisme masyarakat di perbatasan.
Di kala semua masyarakat Indonesia sibuk dengan berbagai drama korupsi yang tak kunjung usai. Kini muncul berbagai fenomena menarik di dunia pendidikan Indonesia khususnya Kaltim. Salah satunya yang fenomenal adalah adanya kurang lebih 2.000 ribu adik-adik kita di perbatasan dan pedalaman tidak sekolah.
Mereka hanya tingal di areal kelapa sawit milik tetanga sebelah bekerja disana dengan ilmu dan pendidikan yang tidak ada sama sekali. Hal ini sangat mencoreng pendidikan bangsa kita khususnya Kaltim. Ketika 20 persen alokasi pendidikan dicanangkan, justru yang terjadi adalah korupsi yang merajalela di dunia pendidikan kita. Parah integritas pemerintah kita.
Penyebab rendahanya pendidikan di perbatasan dan daerah pedalaman antara lain adalah masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajar. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan Kaltim pada umumnya. Adapun permasalahan khususnya dalam dunia pendidikan;
1. Rendahnya pemerataan pendidikan
2. Rendahnya saran fisik sekolah
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Rendahnya prestasi siswa ditinjau dari perfektif efesiensi pendidikan
5. Rendahnya kualitas guru
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Tidak bisa dipungkiri, mereka adik-adik kita di perbatasan adalah tangung jawab kita bersama. Mereka adalah aset bangsa ini. Jika kualitas mereka baik, tentu saja kualitas bangsa ini pun akan membaik.

analisis : potret rendahnya taraf pendidikan di Indonesia ini amatlah memprihatinkan,karena banyak sekali anak-anak bangsa Indonesia yang tidak menikmati pendidikan selayaknya yang mereka dapatkan. Mereka hanya menikmati janji-janji manis yang dilontarkan oleh pejabat yang ingin mendapatkan posisi kedudukan di Indonesia.coba kita tengok kualitas pendidikan di perbatasan Indonesia,banyak anak-anak perbatasan yang masih semangt untuk sekolah meskipun jarak dan medan menuju ke tempat sekolah cukup membahayakan mereka,namun semangat mereka bersekolah tidak sama dengan semangat para gurunya. Tak jarang ketika mereka sudah datang tapi guru-guru mereka tidak hadir. Hal ini bisa menjadikan anak-anak di daerah perbatasan tidak bersekolah dan memutuskan untuk berkerja di luar negri sebagai TKI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar