Potret Pendidikan di Daerah Perbatasan
Pendidikan
adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu sepertinya telah lama
kita kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini membiarkan rakyatnya berpesta
pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga negara di negeri ini mengenyam
pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi? Jawabannya; belum.
Pemerataan
pendidikan di Kalimantan timur yang diwacanakan oleh pemerintah pun ternyata
belum membuat semua lapisan masyarakat Kalimantan timur kususnya daerah
perbatasan dan pedalaman belum menikmati pendidikan dengan selayaknya. Program
pendidikan sekolah gratis di Kalimantan timur yang diumbar para wakil rakyat ketika
akan dipilih hanya omong kosong belaka. Sekolah negeri yang oleh pemerintah
ditujukan untuk menampuang masyarakat miskin agar dapat menempuh pendidikan
ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat kelas menegah atas. Masyarakat
miskin terpaksa menyekolahkan anaknya ke Sekolah swasta yang tentu saja
memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit dan berkualitas rendah.
Kondisi ini
membuat masyarakat di daerah perbatasan dan pedalaman Kaltim tidak dapat
menigkatkan kompetensi pendidikan nya karena tidak adanya pemeratan pendidikan
yang seimbang.Wal hasil perekonomian masyarkat pedalaman pun tidak t menigkat
dan untuk memperoleh kehidupan yang layak. Harus ada langkah proakitif
pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun pendidikan yang merata ke semua daerah
sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu di segala lini
daerah Kaltim.
Sumber Daya
Alam yang sangat besar di Kaltim ternyata tidak ada korelasinya terhadap
pendidikan di Kaltim sehingga membuat masyarakat kita hanya sebagai penonton di
negri sendiri melihat semua unsure birokrasi pemerintah hinga pengelolaan
Sumber daya alam dikuasai oleh para pendatang dari negri lain.
Kondisi ini
mengisyaratkan bahwa orang-orang dari kelompok ekonomi rendah atau orang-orang
di perbatasan dan pedalaman tidak diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan
disekolah yang layak mereka tidak berdaya untuk mengikuti perkembangan
pendidikan dan teknologi yang dinamis karena tereleminasi oleh tidak adanya
pemeratan pendidikan di Kaltim.
Ada cukup
banyak masyarakat di perbatasan dan pedalaman yang terpaksa harus tidak
bersekolah karena kekurangan biaya dan termarginal nya mereka dari
program-program pendidikan pemerintah Kaltim maupun Pusat. Oleh karena
itulah, mereka sanggat berharap pemerintah benar-benar mewujudkan amanat yang
tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945.
Mereka
mempunyai keyakinan bahwa pemerintah seharusnya memberikan pembiyayan bagi
proses pendidkan yang ditempuh oleh masyarakat di pedalaman dan
perbatasan.bagaimana pun pemerintah harus dapat merealisasikan amanat rakyat
yang tertuang dalam UUD 1945 tersebut sebagai wujud kepedulian pemerintah
terhadap warga negaranya. Inilah kosekuensi pemerintah Kaltim terhadap kemajuan
pendidikan di daerah yang kita banggakan ini.
Ketika negara kita kedaulatan nya dipertaruhkan di ujung negri borneo merasa kalau harga diri bangsa kita di lecehkan dengan tindakan tentanga sebelah yang selalu bikin ulah. Entah dengan tindakan reprensif mereka kepada TKI kita maupun tindakan angkatan laut mereka yang semena-mena masuk dalam wilayah kita tanpa aturan. Dan para elit pemerintah kita seolah-olah kebakaran jenggot dengan adanya hal-hal tadi tapi apakah pemerintah kita kebakaran jenggot ketika pendidikan di perbatasan Kaltim sangat mengenaskan?
Padahal
pendidikan yang layak di perbatasan sangat berpengaruh terhadap membangun
kesejahteraan dan membangun jiwa nasionalisme terhadap bangsa kita sehinga
doktrin-doktrin tetangga sebelah tidak lagi mengusik jiwa nasionalisme
masyarakat di perbatasan.
Di kala
semua masyarakat Indonesia sibuk dengan berbagai drama korupsi yang tak kunjung
usai. Kini muncul berbagai fenomena menarik di dunia pendidikan Indonesia
khususnya Kaltim. Salah satunya yang fenomenal adalah adanya kurang lebih 2.000
ribu adik-adik kita di perbatasan dan pedalaman tidak sekolah.
Mereka hanya
tingal di areal kelapa sawit milik tetanga sebelah bekerja disana dengan ilmu
dan pendidikan yang tidak ada sama sekali. Hal ini sangat mencoreng pendidikan
bangsa kita khususnya Kaltim. Ketika 20 persen alokasi pendidikan dicanangkan,
justru yang terjadi adalah korupsi yang merajalela di dunia pendidikan kita.
Parah integritas pemerintah kita.
Penyebab
rendahanya pendidikan di perbatasan dan daerah pedalaman antara lain adalah
masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajar. Hal tersebut masih
menjadi masalah pendidikan Kaltim pada umumnya. Adapun permasalahan khususnya
dalam dunia pendidikan;
1. Rendahnya
pemerataan pendidikan
2. Rendahnya saran fisik sekolah
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Rendahnya prestasi siswa ditinjau dari perfektif efesiensi pendidikan
5. Rendahnya kualitas guru
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
2. Rendahnya saran fisik sekolah
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Rendahnya prestasi siswa ditinjau dari perfektif efesiensi pendidikan
5. Rendahnya kualitas guru
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Tidak bisa
dipungkiri, mereka adik-adik kita di perbatasan adalah tangung jawab kita
bersama. Mereka adalah aset bangsa ini. Jika kualitas mereka baik, tentu saja
kualitas bangsa ini pun akan membaik.
analisis : potret rendahnya taraf pendidikan di
Indonesia ini amatlah memprihatinkan,karena banyak sekali anak-anak bangsa
Indonesia yang tidak menikmati pendidikan selayaknya yang mereka dapatkan.
Mereka hanya menikmati janji-janji manis yang dilontarkan oleh pejabat yang
ingin mendapatkan posisi kedudukan di Indonesia.coba kita tengok kualitas
pendidikan di perbatasan Indonesia,banyak anak-anak perbatasan yang masih
semangt untuk sekolah meskipun jarak dan medan menuju ke tempat sekolah cukup
membahayakan mereka,namun semangat mereka bersekolah tidak sama dengan semangat
para gurunya. Tak jarang ketika mereka sudah datang tapi guru-guru mereka tidak
hadir. Hal ini bisa menjadikan anak-anak di daerah perbatasan tidak bersekolah
dan memutuskan untuk berkerja di luar negri sebagai TKI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar